Rabu, 27 September 2017

Penduduk, Masyarakat Dan Kebudayaan




Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

• Pertumbuhan Penduduk

1. Pengertian
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi dari waktu ke waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dari pertanbahan jumlah individu.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk :

1. Kelahiran

Kelahiran dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk karena kelahiran memunculkan individu baru. Kelahiran dapat dipengruhi oleh beberapa faktor :
1. Nikah Muda
2. Tidak Mengikuti Program KB
3. Kawin diluar nikah

2. Kematian

Kematian dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk karena kematian mengurangi jumlah penduduk. Kematian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Usia sudah tua
2. Kecelakaan
3. Sakit

3. Penduduk Yang Datang

Penduduk yang datang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk karena penduduk yang datang dapat menambah jumlah penduduk negara. Penduduk yang datang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Belajar
2. Menetap
3. Pindah lokasi pekerjaan

4. Penduduk Yang Pergi

Penduduk yang pergi dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk karena penduduk yang pergi dapat mengurangi jumlah penduduk negara. Penduduk yang pergi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Kuliah di luar negeri
2. Pindah lokasi pekerjaan

2. Macam – Macam Pertumbuhan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk Alami
Pertumbuhan penduduk alami adalah pertumbuhan yang didapat dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian.
2. Pertumbuhan Penduduk Migrasi
Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan penduduk yang didapat dari selisih jumlah migrasi dengan jumlah emigrasi.
3. Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk total adalah pertumbuhan yang didapat dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian ditambah selisih jumlah migrasi dan jumlah emigrasi.

Kebudayaan dan Kepribadian

○ Kebudayaan

1. Pengertian

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

2. Unsur - Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

○ Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik

○ Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi
3. Alat - alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4. Organisasi kekuatan (politik)

○ Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem tekhnologi dan peralatan
4. Sistem kesenian
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan

3. Wujud Dan Komponen

a. Wujud

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

○ Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

○ Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengansistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

○ Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaanfisik
yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

b. Komponen

Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

○ Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

○ Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

○ Lembaga social

Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier

○ Sistem kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

○ Estetika

Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

○ Bahasa

Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

○ Kepribadian

1. Pengertian

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian sering dideskripsikan dengan istilah sifat yang dapat diukur dari apa yang ditunjukkan kepada seseorang.

2. Ciri-ciri Kepribadian

Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
1. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
4. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
5. Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

3. Faktor-faktor Penentu Kepribadian

1. Faktor Keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis,psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

Kebudayaan Barat

1. Penjelasan

Kebudayaan Barat yang ditulis sebagai western culture adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistic dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam konon Barat. Istilah ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara di benuaAmerika dan Australia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.
Ada 3 ciri dominan kebudayan Barat yaitu (1) penghargaan terhadap martabat manusia. Hal ini bisa dilihat pada nilai-nilai seperti demokrasi, institusisosial, dan kesejahteraan ekonomi; (2) kebebasan. Di Barat anak-anak berbicara terbuka di depan orang dewasa, orang-orang berpakaian menurut selera masing-masing, mengemukakan pendapat secara bebas, dan tidak membedakan status sosial dan sebagainya; dan (3) penciptaan dan pemanfaatan teknologi seperti pesawat jet, satelit, televisi, telepon, listrik, computer dan sebagainya. Orang Barat menekankan logika dan ilmu serta cenderung aktif dan analitis.
Pikiran masyarakat Barat cenderung menekankan dunia objektif daripada rasa, sehingga hasil pola pikirnya membuahkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah dipusatkan kepada dunia rasio. Oleh sebab itu, pengetahuan mempunyai dasar empiris yang kuat. Sikap aktif dan rasional di dunia Barat lebih unggul dibandingkan dengan pandangan hidup tradisional, baik filsafat maupun agama yang terkesan mengalami kemunduran. Cara berpikir dan hidup orang Barat lebih terpikat oleh kemajuan material, sehingga tidak cocok dengan cara berpikir untuk meninjau makna dunia dan makna hidup. Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah, maka filsafat tradisional dan agama hanya muncul sebagai sistemik ide-ide abstrak tanpa ada hubungannya dengan kenyataan dan praktek hidup (Soelaeman, 1987: 50-51).
Pengaruh tradisi dan agama terhadap hidup dan pikiran Barat berkurang karena mereka mengunggulkan cara berpikir analitis rasional. Maka, mereka menganggap nilai-nilai hidup dengan menggunakan kepekaan hati sebagai suatu yang subjektif dan tidak bermutu. Menurut Anh (dalam Soelaeman, 1987) ada tiga nilai penting mendasari semua nilai di Barat yaitu martabat manusia, kebebasan, dan teknologi. Marx (dalam Soelaeman, 1987) menjelaskan bahwa Barat menganggap manusia adalah ukuran bagi segalanya. Artinya, manusia memiliki kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya dengan syarat bertitik tolak dari rasio, intelek, dan pengalaman. Sejarah pemikiran tersebut berasal dari Protogoras, Bapak Humanisme, yang kemudian berkembang pesat di Barat.
Barat beranggapan bahwa manusia nilainya tidak terukur oleh apapun. Dengan demikian, manusia memerlukan respek, bantuan, dan hormat. Barat memandang manusia sebagai pusat segala sesuatu yang memiliki kemampuan rasional, kreatif, dan estetik, sehingga kebudayaan Barat menghasilkan beberapa nilai dasar seperti demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi. Dalam tradisi humanistik, kebaikan dan kebenaran dipilih sendiri oleh manusia. Akibatnya, pemikiran ini semakin berkembang dan diperluas ke bidang estetika, moral, dan agama. Agama di kalangan Timur merupakan sumber nilai, di Barat dicampakkan. Barat berpendapat bahwa kebajikan agama tidak berbeda dengan kebajikan kodrati manusia. Barat ingin membangun agama baru yang selaras dengan ilmu pengetahuan. Di Barat kepuasan diperoleh melalui usaha-usaha atau perhatian terhadap benda, kenikmatan dan keselarasan dunia yang terkadang menimbulkan persaingan dan kekacauan di masyarakat (Soelaeman, 1987: 51-52).
 Soelaeman (1987: 52-53) menjelaskan bahwa teknologi Barat membuat kagum dan iri bangsa Timur. Tidak sedikit bangsa Timur yang menjadi korban “penjajahan” teknologi Barat karena rasa kagum tersebut. Filsafat berdiri di kaki sendiri tidak tahan godaan terhadap kemajuan teknologi Barat, sehingga bangsa Timur tunduk kepada teknologi. Hasil teknologi Barat melebihi kebutuhan manusia, bahkan mengganggu kepentingan manusia karena terlalu cepat mengarah ke depan (future shock). Cepatnya teknologi Barat sulit diikuti imajnasi, sehingga banyak benda yang cepat tidak dipakai. Di Barat tidak sedikit manusia yang dikuasai oleh perubahan teknologi, sehingga menimbulkan dampak kehilangan arah, kepercayaan terhadap diri sendiri, nilai-nilai, dan iman. Selain itu, manusia yang dikuasai oleh teknologi dapat mengakibatkan kecemasan, tekanan, hidup acuh tak acuh, terganggu kesehatan mental. Akibatnya, teknologi yang tadinya meningkatkan nilai eksistensi manusia, sekaligus merendahkan martabat manusia. Ukuran dalam budaya teknologi sekarang adalah kultur orang, kuantitas (produksi yang melimpah), kultur buatan (artifisial), dan kontrol menyeluruh (kemahakuasaan sistem).
Anh (dalam Soelaeman, 1987) tradisi humanistik di Barat bebentuk penghargaan terhadap martabat manusia sebagai suatu yang otonom, merdeka, dan rasional, menunjang nilai-nilai demokrasi, lembaga sosial, dan kesejahteraan teknologi. Nilai-nilai lain seperti kebebasan, perekonomian, dan teknologi pun ikut berkembang. Kemajuan teknologi menghasilkan dinamisme, perencanaan, organisasi, manajemen, keberanian berusaha, penguasaan materi, sekaligus menggerogoti kehidupan sosial dan pribadi. Orang barat lebih condong menekankan dunia empiris, sehingga mereka maju dalam sains dan teknologi. Menurut konsep Barat, manusia dan alam adalah terpisah. Alam sebagai dunia luar harus diekploitasi oleh manusia. Hal ini sering tersurat dalam kara-kata: menaklukkan luar angkasa, alam, dan hutan rimba. Kata-kata tersebut dibuktikan dengan problema yang terjadi di Barat seperti polusi udara dan air. Singkatnya, Barat memiliki persepsi yang berbeda mengenai nilai pengetahuan, keinginan, watak, proses waktu, dan sikap terhadap alam.

2. Sifat Bangsa Indonesia Terhadap Kebudayaan Barat

Zaman sekarang adalah zaman asosiasi antara Timur dan Barat yaitu zaman adanya pencampuran budaya Timur dan Barat. Ada hubungan antara kedua bangsa tentu mendatangkan dua macam kejadian yaitu kejadian baik dan kejadian buruk. Tidak ada evolusi (kemajuan) yang tidak disertai kemunduran dalam sesuatu hal, baik lahir maupun batin. Adapun baik dan jahatnya sebuah evolusi tergantung pada jalannya asosiasi. Apabila bangsa yang terkena pengaruh percampuran itu kurang teguh dayanya (hanya meniru belaka semua keadaan baru), asosiasi itu akan bersifat denasionalisasi (hilang sifat kebangsaannya sendiri). Di situlah kelihatan bahwa kultur bangsa tersebut kalah dengan kultur asing. Hal demikian terjadi karena bangsa yang terkena pengaruh budaya asing itu masih rendah kulturnya (Dewantara, K. H, 1994: 3)
Menurut Dewantara (1994: 3-4) ada juga asosiasi yang bersifat pertukaran alat-alat kultur yaitu kedua bangsa tersebut mempunyai budaya yang sama-sama tinggi. Hal demikian tentu telah terjadi evolusi sebaik-baiknya. Itulah proses evolusi yang sebaiknya dicari. Kejadian-kejadian jahat pun tidak dapat dielakkan dalam proses pencampuran dua budaya. Sebagai contoh, bangsa Indonesia sendiri mengalami kekerasan tingkah laku sebagai buah pergaulan dengan bangsa asing yaitu menghina dan merendahkan seni dan bahasa sendiri karena terlampau gandrung pada hidup kebaratan. Bangsa Indonesia meninggalkan kepandaian gending dan mengalihkan perhatian kepada jazz atau dansa yang dilakukan dengan berpeluk-pelukan oleh laki-laki dan perempuan di muka pubilk. Dengan melakukan hal tersebut, ini berarti merendahkan agama karena pengaruh materialisme Eropa (cinta pada barang lahir).
Alat untuk mengurangi pengaruh buruk budaya asing adalah pendidikan. Pendidikan paling penting adalah pendidikan nasional, pendidikan untuk rakyat yang mengindahkan kultur dan dasar-dasar kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia tidak boleh meninggalkan keluhuran budi (idealisme) sedikit pun. Bangsa Indonesia tidak boleh menjual keluhuran budi bangsa guna memperoleh penghidupan enak untuk badan sendiri. Masyarakat Indonesia tidak boleh menyukai segala alat-alat penghidupan meskipun haram atau najis, asal senang, enak, dan sama dengan orang-orang Barat (Dewantara, K. H, 1994: 4-5). Masyarakat Indonesia perlu mengindahkan nilai dan norma yang ada dalam kebudayaan Indonesia.
Walaupun demikian, menurut Pelly (dalam Maran) menjelaskan bahwa ada pengaruh positif kebudayaan yaitu (a) memperkaya kehidupan dalam bidang seni musik, lukis, busana, sastra, drama, dan lain-lain; (b) mengidentifikasi nilai-nilai universal untuk mengembangkan kebudayaan tradisional; (c) mendorong dan memberi pola untuk pendidikan nasional; (d) memperluas wawasan berpikir dan membantu dalam pengembangan hubungan antar bangsa; dan (e) mendorong tumbuhnya sikap dan perilaku mandiri yang sudah berakar dalam kebudayaan lokal.

Sumber :

http://www.gurupendidikan.co.id/pertumbuhan-penduduk-pengertian-faktor-dan-macam-beserta-rumusnya-secara-lengkap/

https://www.google.co.id/amp/s/alghani22blog.wordpress.com/2014/11/01/kebudayaan-dan-kepribadian/amp/

https://www.google.co.id/amp/s/ayundasilviadewi.wordpress.com/2015/06/02/kebudayaan-barat-dan-kebudayaan-timur/amp/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar